Gotong royong adalah kerja bersama yang dilakukan oleh sekelompok orang baik anggota masyarkat, komunitas, atau organsisasi. Gotong royong biasanya dilakukan secara sukarela dalam suatu kegiatan baik bersifat sosial maupun pembagunan tanpa adanya suatu bayaran atau gaji kepada orang - orang yang mengerjakanya. Gotong royong di suatu kampung biasanya melibatkan seluruh elemen masyarkat tanpa memandang status ekonomi, pendidikan, dan jabatan, karena gotong royong diselengarakan berdasarkan kesepakatan seluruh warga suatu masyarkat misal RT atau RW atau Desa dengan memposisikan setiap orang sebagai bagian dari anggota masyarakat bukan lagi dilihat berdasarkan pekerjaan dan status lainya.
Secara fisik kaum laki - laki memposisikan diri untuk melakukan pekerjaan yang berat seperti menentukan bentuk jika itu sutu pembagunan, menyediakan material, dan membagunya. Sedangkan kaum perempuan biasanya menyediakan konsumsi. Terkadang kaum perempuan juga ikut serta dalam penyediaan material bagunan akan tetapi dalam takaran yang sedikit.
Gotong royong atau kerja sukarela masih begitu terasa di kampung - kampung, salah satunya di Dukuh Tanjungsari RT 13 dan sekitarnya. Warga menentukan satu hari, biasanya hari libur untuk kerja bersama. Hari libur memunkinkan anggota masyarkat yang bekerja sudah libur dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan sosial seperti ini.
Gotong royong juga dapat meminimalisir dana kegiatan atau pembangunan. Untuk kegiatan peringatan 17an misalnya konsumsi dapat disediakan oleh kaum wanita, sehingga pendanaan relatif sedikit. Dalam pembagunana dana dapat dialokasikan hanya untuk pembelian material dan tidak ada ongkos tenaga kerja karena dari warga dan konsumsi juga dari warga.
Nilai - nilai karakter gotong royong sangat lekat di masyarkat sejak dulu, nilai - nilai ini bisa saja tidak kita jumpai di kota - kota besar. Bukan saja untuk meminimalisir pendanaan, gotong royong juga dapat meningkatkan interaksi antar masyarkat, perwujudkan manusia sebagai makluk sosial, meningkatkan rasa memiliki, memupuk rasa kekeluargaan, dan wujud indahnya hidup di masyarkat. Maka pribahasa "ringan sama - sama dijinjing, dan berat sama dipikul" itu tetap berlaku.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.